“Wine is fine but whiskey's quicker
Suicide is slow with liquor
Take a bottle, drown your sorrows
Then it floods away tomorrow's...”
Pernah denger lagu itu? Lagu itu berjudul Suicide Solution, ditulis oleh Ozzy Osburne dan sangat jadi mainstream di era tahun 1970. Yap, dia adalah vokalis dari band beralirah Black Metal yang berasal dari negeri paman sam Black Sabbath, temen-temen penggemar musik ber aliran ini mesti tau deh.. Kalau konon katanya gara-gara lagu ini banyak anak muda penggemar musik metal (metalheads-red) pada zaman itu rela ngelakuin bunuh diri. What? Are you mad? Yuhu... mau gimana lagi That’s the fact!!! Tapi apakah alasan mereka melakukan itu? What’s the reason??? Is just about song?? Aneh juga cuman gara-gara lagu seperti itu banyak orang bunuh diri. Apakah lagu itu menjadi inspirasi? (hehehhehe...) padahal sampai sekarang Ozzy Osburne juga masih hidup tuh, padahal dia sendiri yang bikin liriknya.. Aneh kan??
Pada kesempatan kali ini aku akan membahas mengenai bunuh diri dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu. So, Are you ready?? Please take a sit and fasten your belt! Dan satu lagi, Don’t Try suicide at Homeeee!!! Hahahaha...
Bunuh diri atau dalam bahasa Inggris kita kenal dengan istilah suicide adalah suatu fenomena yang mengganggu dalam masyarakat yang menimbulkan isu-isu secara partical dan ethical. Isu partical biasanya berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan “ngapain sih dia kok sampe nekat bunuh diri?” sedangkan kalau isu ethical berhubungan dengan “sebernya bunuh diri itu boleh gak sih?”. Dalam ilmu sosiologi, sudah banyak ilmuwan seperti Emile Darkhiem dan Riaz Hassan menulis buku mengenai masalah bunuh diri ini. Lalu mengapa Sosiologi memandang bunuh diri itu objek yang harus dikaji? Hal ini dikarenakan bunuh diri itu termasuk fenomena yang sangat umum terjadi di seluruh dunia, dan yang kedua karena bunuh diri sering dikaitkan sebagai salah satu perilaku menyimpang sehingga diperlukan kontrol sosial.
Bunuh diri juga bisa didefiniskan sebagai suatu hal (berbentuk kekerasan) yang bersifat mematikan dan diarahkan secara langsung pada diri sendiri. Bentuknya bisa bermacam-macam seperti, minum racun serangga, melompat dari gedung bertingkat, memotong urat nadi, melompat ke laut, dan berbagai hal ekstrim lainnya. Alasan pelaku bunuh diripun bermacam-macam mulai dari keputus asaan, frustasi, hingga adanya keinginan untuk dianggap heroik oleh kelompoknya. Namun, bila dilihat dari bukunya Emilie Darkhiem, Sucide: A Study In Sociology, penyebab utama dari bunuh diri adalah adanya sifat egoistic dan aliniated (mengasingkan diri) dari lingkunganya. Jadi ada hubunganya tentang integrasi dalam lingkungan sosial dengan apa yang dialami oleh individu tersebut.
Selanjutnya, Darkhiem membagi macam-macam kejadian bunuh diri kedalam empat klasifikasi. Klasifikasi tersebut berdasarkan hubungan individu dengan masyarakat dan hubungan stabilitas sosial dalam masyarakat (tuh bingung kan?) hahahhaa.... yuk kita bahas pelan-pelan...
1. Aluristic Suicide
Nah kita sampai di jenis yang pertama, yaitu aluristic suicide, atau bisa juga didefinisikan sebagai bunuh diri yang terjadi karena adanya rasa integrasi yang sangat kuat dengan kelompoknya. Dengan kata lain, suatu individu yang menidentifikasi kelompoknya sehingga apa yang menjadi tujuan dari kelompoknya benar-benar dianggap menjadi miliknya secara nyata, dan pada akhirnya individu tersebut tidak punya keberadaan secara otonom yang terpisah dari kelompok yang ia miliki. Or maybe simply, We can say that this suicide happened because there’s too much integration in the each members of the group.
Hahahha... pusing deh tuh kepala... sebenernya sederhana aja kok, contoh dari jenis ini bener-bener ada di daerah negara sakura sana lo! Sumpah!! Pernah denger Seppuku? Gak pernah ya? Ehhmmm... Kalau Harakiri? Pasti pernah! Hahaha... agak serem sih emang, tapi konon katanya di negara Jepang sana adat ini bener-bener dilakuin lo! Harakiri menurut Wikipedia sih merupakan adat istiadat pada zaman bakufu yang merobek perut mereka dan mengeluarkan usus mereka agar dapat memulihkan nama mereka atas kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. Biasanya, yang ngelakuin ini adalah para pemimpin bangsa yang merasa gagal sehingga malu terhadap kegagalanya, dan akhirnya dia ngelakuin itu buat menebus semua kesalahannya (keren banget yak!! Bener-bener pemimpin yang bertanggung jawab hahaha...).
Sekarang budaya harakiri dianggap oleh msayarakat Jepang sebagai hal yang anachronistic, atau sederhanya adat ini dianggap “udah bukan jamanya” dan terkesan brutal. Namun, menurut sumber yang aku dapet, Harakiri ini masih bakal dilakuin oleh orang Jepang sendiri jika suatu saat nanti dia bikin kesalahan yang cuman bikin malu. Kereen! Kapan ya pemimpin kita yang lagi kena kasus korupsi ngomong kayak gitu? Atau jika takut mati, paling gak ya turun dari jabatan apa gimana gitu... hahahaha.. ada satu quote dari seorang jurnalis Perancis, Albert Camus tentang harakiri ini, yaitu “What is called a reason for living is also an excellent reason for dying”. Yeahhhh.... you’re rockkkkkk!!!!
2. Egoistic Suicide
Lanjut ke jenis kedua, Egoistic Suicide kalo dari katanya sih bisa kita artiin jadi bunuh diri yang bersifat egoistik. Kalau menurut Darkheim, bunuh diri ini terjadi ketika suatu individu tidak benar-benar terintegrasi pada mayarakat. Biasanya (masih menurut Darkheim) bunuh diri jenis ini dihubungkan oleh kemampuan suatu kelompok untuk mengikat anggota-anggotanya. Bunuh diri ini sering dihubungkan dengan keadaan dimana individu dari masyarakat, tidak dapat terintegrai dengan benar sehingga menimbulkan sifat-sifat individualis.
Lanjut, kata Durkheim, presentase kematian akibat bunuh diri yang dialami oleh individu yang tidak menikah (lajang) sangat tinggi sekali, dibandingkan dengan individu yang sudah menikah. Hal ini sangat menarik, karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk saling berbagi dan mencintai, dan sayang menyanyangi (apaan sih) ahhaha.. enggak maksutnya manusia pada dasarnya itu makhluk sosial yang gak bisa hidup tanpa orang lain, in short, rasa berbagi dan saling memiliki itu merupakan imunitas yang ampuh untuk menangkal jenis bunuh diri ini.
3. Anomic Suicide
Jenis ketiga, bunuh diri yang terjadi karena adanya hasil perubahan status sosial manusia yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak di harapkan sehingga menghasilkan status baru. Perubahan status ini tidak dapat dia terima, sehingga dia memutuskan untuk bunuh diri. Misalnya nih, ada orang yang terbiasa hidup kaya, trus karena suatu hal, usahanya bangkrut, putus asa, dan akhirnya gantung diri deh... satu qoute dari bukunya Durkheim yang pernah aku baca, kalau gak salah bilang gini
“ Semacam perubahan sosial telah terjadi.. hal ini menempatkan status seorang ke tempat yang lebih inferior dari sebelumnya, sehingga mereka harus menurunkan apa yang telah menjadi kebutuhan mereka, dan mereka juga harus belajar bagaimana self control terhadap situasi ini..”
4. Fatalistic Suicide
Bunuh diri ini terjadi karena adanya peraturan yang sangat ketat, sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan dengan dirinya sendiri, dan memandang bahwa kehidupannya telah di tekan oleh dan diblokir sehingga dia merasa powerless terhadap kehidupannya. Atau secara singkatnya ada aturan yang sangat ketat mengatur kehidupan masyarakat, sehingga kebebasan pribadi tidak didapatkan.
Sebenernya selain definisi dari Durkhiem ini, masih ada juga lo jenis-jenis bunuh diri yang lain. Setauku sih, ada juga bunuh diri yang dilakukan secara aktif dan pasif. Pernah denger tentang kata eutanasia? (makanan dari mana tuh?) hahaha.. eutanasia iyu istilah medis bos, berasal dari bahasa yunani, yang kalo kita liat dari terminologi katanya (ciey bahasanya)... hahaha berarti Eu yang artinya baik dan thanos yang berarti kematian. Jadi, kematian yang baik? Mati emang ada yang baik? Yuk kita bahas satu persatu lagi...
• Eutanasia Aktif, merupakan istilah medis yang digunakan bila si pasien yang meminta sendiri untuk di “ambil” nyawanya. Hah? Kok bisa? Ya emang bisa! Biasanya si pasien udah gak kuat nanggung dan ngerasain sakitnya sendiri, and the he/she decided to take their own life.
• Eutanasia Pasif, kalo yang aktif tadi diminta sendiri oleh pasien, tapi yang ini, keluarga pasien meminta sendiri agar nyawa si pasien di ambil. Sound is great, isn’t it? Hahaha... bunuh diri versi ini sering di sebut sebagai assisted suicide. Yup! Masalahnya adalah ekonomi. Keluarga pasiaen udah gak bisa nanggung biaya dari rumah sakit yang sangat mahal, then mereka bilang ke pak dokter “biar dirawat di rumah aja dok...” secara tidak langsung ini merupakan bentuk asissted suicide bukan?
Masih inget ama Sukma Ayu? Yang jadi bintang sinetron di film Kecil-Kecil Jadi Manten? Yang foto syurnya ama si ex-Vokalisnya The Fly marak di tahun 2004an? Kasus Sukma Ayu waktu itu sempat menghiasi seluruh media massa di Indonesia, bukan foto syurnya dengan si B’jah nanum, tentang bagaimana dia dirawat di salah satu rumah sakit karena suatu hal. Parahnya lagi, di rumah sakit itu diduga terjadi mal praktik, sehingga bukannya Sukma jadi sembuh tapi malah sakit lebih parah hingga koma 5 bulan!
Lama perawatan di rumah sakit itu, ternyata membuat keadaan ekonomi keluarga sempat terombang ambing, dan akhirnya sukma ayu pun dirawat dirumah. Then, you can guest what happen kan? Perawatan di rumah gak bakalan semaksimal dengan perawatan di rumah sakit, dan akhirnya Sukma Ayu harus berpulang ke Rahmatullah. Rest in Peace Rohaye.
Kalo menurut aku sih, kasus ini termasuk kasus eutanasia pasif, dimana secara tidak langsung keluarga “memfasilitasi” kematian dengan melakukan hal tersebut. Emang gak bisa disalahin pihak keluarga sih, toh nyatanya keluarga udah berjuang sekuat tenaga untuk menyembuhkan Sukma Ayu seperti sedia kala, but humans can only make a plan, and ultimately God who decides everything.
Kasus bunuh diri emang udah banyak terjadi di berbagai belahan dunia dan dilakukan dari berbagai kalangan. Mulai dari orang tua, muda, artis Hollywood, mantan pemain sepak bola, hingga orang biasa. Alasannya? Yah bisa bermacam-macam. Dari yang frustasi, putus asa, dan yang paling tragis masalah cinta (cieyyyy... hahaha). Mau buktinya? Ayo kita bahas lagiiiii....
Buat temen-temen yang suka musik Grunge pasti tau deh siapa itu Kurt Cobain. Pria asli kelahiran negara Paman Sam, ini merupakan seorang penyanyi, penulis lagu, dan gitaris dari sebuah band yang berdiri di Seatle. Yup Nirvana! Pernah dengerkan? Cowok kelahiran 20 februari 1967 ini merupakan seorang trendseter di medio 90an. Lewat lagunya Smell like teen spirit dia berhasil merubah warna musik Rock dunia, yang dulu identik dengan ciri khas ala Iron Maiden, Moutley Crue, dan berbagai band Heavy Metal lainnya.
Back to the case, kisah hidup si Cobain gak semulus ama karirnya. Hingga pada akhirnya dia ditemukan bunuh diri di rumahnya, pada tanggal 5 April 1994. Dunia musik berkabung saat itu, dan kematian Kurt Cobain masih menjadi tanda tanya yang besar sampai saat ini. Dari versi yang aku dapetin, kematian Kurt Cobain dikarenakan dia bunuh diri. Cobain mengulum shotgun miliknya dan dengan menembakkan senjata itu tepat di kepalanya. Tapi alasannya? Berbagai macam versi pernah dikemukakan, ada yang bilang Cobain mengalami frustasi yang berat dalam hidupnya dikarenakan overdosis yang dia alami. Sosok Kurt Cobain emang gak pernah bisa dilepaskan dari drugs. Emang rocker sejati ya bos! Hahaha...
Fenomena bunuh diri emang bukan hal yang aneh lagi. Udah jadi rahasia umum, kalo bunuh diri ini berkaitan dengan hal-hal yang berbau keputus asaan, frustasi, dan gak tahan akan cobaan dalam kehidupan. Sebenarnya hidup itu mudah, cuman akhirnya kita sendiri yang mbikin hidup itu jadi sulit dan gak karuan. Kalau masalah cobaan? Siapa sih, manusia di dunia ini yang gak pernah ngadepin masalah dalam hidupnya? Yup pada akhirnya, di sini lah peran agama sangat diperlukan. Agama bukan lagi cuman “alat kepercyaan” pada tuhan, namun sudah menjadi sebagai suatu hal yang bisa membuat kita bersyukur akan semua nikmat yang udah Tuhan berikan, ya gak? Nih aku ada qoutes yang keren dari bapak saya sendiri hahaha...
“Kasian ya Mahasiswa itu, cuman tiga hari gak kuat tanpa cinta, dan akhirnya minum racun serangga, sedangkan kecoa aja bisa tahan 2 minggu lebih meski hidup tanpa kepala”
(Prof. Dr. Supartono M.si)
Nice gak? Hahaha... Oke I think, that’s all that i can say for this chance, see you in the other chance my friends. And don’t forget to share this blog to your best friends, because my buddy, Rizka, have a lots of crazy ideas everyday. Bye bye and cheerio! :D
ever heard gloomy sunday? the same one bud.
ReplyDeletedon't really understand with your comment friend hahaha :D
ReplyDeletethe song on above and gloomy sunday have same connection with 'Suicide'. I'll post about it later :)
ReplyDelete