you're in Ngelmuiku.blogspot.com | you are allowed to access the information here as you pleased and do not forget to leave a comment. thank you for visiting

Monday, June 6, 2011

Resensi Novel "Perfume: The Story of a Murderer"

PARFUM BERAROMA PERAWAN

Judul : Perfume: The Story of a Murderer
Penulis : Patrick Süskind
Penerjemah : Bima Sudiarto
Penerbit : Dastan Books, Jakarta
Tebal : 428 halaman
Jean-Baptiste Grenouille terlahir tanpa diinginkan ibunya dan tanpa bau badan. Setelah selamat dari pembunuhan ibunya sendiri yang seorang pelacur, bayi laki-laki ini berpindah dari satu ibu susu ke ibu susu yang lain kemudian dibuang ke rumah penitipan anak yatim piatu. Kedatangan Grenouille menimbulkan perasaan tak nyaman dan terganggu pada anak-anak yatim piatu lainnya. Bukan tersebab kenakalannya, tapi semata-mata karena Grenouille hadir tanpa bau badan.

Tidak memiliki bau badan namun punya indera penciuman yang sangat tajam, Grenouille menjelma tokoh genius dalam seni meramu aroma. Setelah mencium aroma seorang perawan cantik, ia terobsesi membuat parfum terbaik beraroma perawan. Tanpa emosi Grenouille membunuh 25 gadis perawan untuk diambil aromanya. Tubuh mereka layu seolah terisap tanpa sisa. Pakaian beserta rambut dan kulit kepala hilang. Pembunuhan berantai yang rapi, terencana dan misterius.

Tokoh absurd Jean-Baptiste Grenouille yang hadir tanpa bau badan ini lahir dari tangan seorang penulis kelahiran Jerman 1949, Patrick Süskind. Sebelum menulis Parfume: The Story of a Murderer yang diterjemahkan dari novel asli berjudul Das Parfum: Die Geschichte eines Mörders terbitan Diogenes Verlag, AG Zürich, Patrick Süskind telah menulis di dunia pertelevisian. Naskah panggungnya bertajuk Die Taube (Burung Merpati), adaptasi dari novel keduanya dipentaskan di London pada bulan Mei 1993 dan Der Kontrabaβ (Bas Ganda) dipentaskan pertama kali di Munich kemudian Jerman, Swiss dan Austria. Ia juga mendulang sukses lewat novelnya Die Geschhichte von Herrn Sommer (Kisah Tuan Sommer) terbitan 1992 dan selanjutnya pada tahun 1996 menerbitkan novel Drei Geschichten (Tiga Kisah).

Dalam novel Parfume: The Story of a Murderer, Süskind yang pernah memelajari sejarah di Munich ini, menggunakan latar Paris abad ke-18 dengan segala kebobrokannya. Mengikuti perjalanan hidup seorang ahli parfum genius yang kemudian menjadi pembunuh berdarah dingin karena obsesinya, membuat pembaca diserang rasa penasaran yang menakutkan.

Sejak awal karakter tokoh dibangun begitu kuat dan jelas. Terlepas dari upaya pembunuhan ibunya sendiri ketika bayi, bertahan dari deraan fisik saat bekerja pada seorang penyamak kulit dan lolos dari penyakit sipilis maupun antrax hingga hidup menyendiri di puncak pegunungan seperti manusia purba. Tokoh Greounille hadir nyata dengan segala sifat keabnormalannya sebagai pemilik tubuh tanpa bau namun juga memiliki kelebihan di atas rata-rata manusia biasa dalam membaui aroma. Indra penciumannya yang luar biasa mampu memilah-milah seluruh bau yang ada di dunia.

Dari seorang ahli parfum ternama, ia belajar seni meramu berbagai minyak dan tumbuhan hingga lihai menciptakan berbagai jenis parfum. Kemampuan Greounille dalam meracik aroma sebenarnya melampaui semua parfum-parfum hebat yang dia ciptakan untuk kepentingan bisnis perusahaan. Proses pembuatan parfum yang detail, perbendaharaan bahan-bahan dan alat pembuat parfum yang lengkap membuat pembaca seolah mengikuti detail-detail penciptaan parfum Paris abad ke-18 sekaligus membaui aroma beraneka parfum itu.

Meskipun tidak memunculkan kejutan-kejutan yang menyentak namun novel fiction suspense ini terasa mencekam sekaligus kuat memikat. Suspense diawali ketika pertama kali Grenouille membaui aroma gadis perawan berambut merah kemudian menghisap seluruh aroma tubuh perawan itu dengan penciumannya. 24 pembunuhan berikutnya terhadap gadis-gadis perawan dipaparkan tanpa kejutan namun pembunuhan pada gadis ke 25, gadis perawan tercantik dengan aroma tubuh terbaik yang akan dijadikan Greounille puncak dari parfumnya terasa detail dan menegangkan.

Sebuah kecenderungan seseorang akan bau dan aroma yang mengubahnya menjadi seorang pembunuh. Membunuh demi satu flacon (sebotol) parfum terbaik. Tidak hanya itu, pembaca juga disuguhi ending yang sama sekali tidak terduga, mengejutkan, kriminal sekaligus menakutkan. Novel ini laiknya sebuah meditasi tentang sifat, kematian, hasrat dan kebusukan.

Menjadi international bestseller dan terjual lebih dari 15 juta kopi sekaligus mendapat banyak sanjungan dari berbagai media besar membuat DreamWork berencana mengangkat novel fiction suspense ini ke layar lebar. Tidak meragukan lagi bahwa novel Perfume: The Story of a Murderer lebih dari sekedar bacaan biasa namun sebuah karya sastra yang cerdas, modis, kuat, orisinal, unik dan memikat. Sebuah fenomena yang layak dibaca dan penting bagi koleksi kesusastraan.

No comments:

Post a Comment